Benteng Terbesar Kedua Di Dunia
Bertubuh besar, tapi makan hewan kecil
Paus sirip termasuk golongan paus balin. Balin adalah struktur bertulang pada mulut paus dengan bentuk seperti sisir yang digunakan untuk menyaring makanannya. Maka seperti paus biru, paus sirip adalah pemakan hewan kecil seperti krill dan ikan kecil. Karena itu, hewan raksasa ini tidak berbahaya bagi manusia.
Berapa banyak makanan yang dibutuhkan paus sirip? Sekitar 1,8 ton makanan per hari! Paus sirip memiliki pola warna yang unik pada wajahnya. Bagian kanan rahangnya berwarna putih, sedangkan bagian kirinya berwarna kelabu. Dilansir Oceanwide Expeditions, pola tersebut diperkirakan berfungsi untuk menggiring mangsanya berkumpul sehingga lebih mudah disantap.
Punya kecepatan yang luar biasa
Badan besar tidak selalu identik dengan gerakan lambat. Itu terbukti pada paus sirip. Mereka berenang dengan kecepatan rata-rata 35 km per jam. Namun pada saat berburu, mereka bisa meningkatkan kecepatannya hingga 45 km per jam. Di antara semua paus balin, itu merupakan kecepatan tertinggi, lho.
Sempat terancam punah, tapi kini populasinya membaik
Seperti disebut tadi, paus sirip pernah diburu oleh manusia pada awal abad ke-20. Perburuan kala itu begitu hebat hingga mereka pernah terancam punah. Namun kini laman IUCN telah mengubah status mereka menjadi rentan karena larangan perburuan terbukti membuat populasi mereka meningkat cukup signifikan.
Laman World Wildlife menyebut bahwa populasi paus sirip saat ini berkisar 50 ribu hingga 90 ribu ekor di seluruh dunia. Namun di beberapa tempat perburuan paus sirip sudah kembali diizinkan, maka perjuangan untuk menyelamatkan mereka dari ancaman kepunahan nampaknya masih akan terus berlanjut.
Itulah enam fakta menarik tentang paus sirip, si hewan terbesa kedua di dunia. Semoga hewan yang menakjubkan ini bisa terus dilestarikan supaya generasi mendatang masih bisa melihat dan mempelajari mereka!
Baca Juga: 7 Fakta Menarik Hiu Paus, Ikan Terbesar di Dunia yang Berhati Lembut
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Arsitektur bangunan Benteng Keraton Buton terbilang cukup unik, karena terbuat dari batu kapur atau gamping. Konon, batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir dan kapur sehingga menjadi bangunan benteng.
Tidak seperti benteng pertahanan lainnya, Benteng Keraton Buton dibangun atas inisiatif masyarakat pribumi yaitu pada masa pemerintahan Sultan Buton III, yakni Sultan La Sangaji atau Sultan Kaimuddin. Terdapat meriam atau badili, di dalam Benteng Keraton Buton.
Meriam itu merupakan bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda. Selain meriam, benteng ini juga mempunyai pintu gerbang atau lawa dan baluara badili atau bastion dudukan meriam (emplasemen).
Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung di sekelilingnya. Terdapat 12 lawa pada Benteng Keraton Buton, yang menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia.
Sementara itu, baluara berasal dari bahasa Portugis yaitu baluer, yang berarti bastion. Baluara dibangun pada 1613, di masa pemerintahan Sultan Buton IV, yakni Sultan La Elangi yang bergelar Sultan Dayanu Ikhsanuddin.
Terdapat 16 baluara, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk berbeda-beda, sesuai dengan kondisi lahan. Predikat benteng terluas di dunia diberikan oleh Guinness World Records pada 2006 lalu.
Selain itu, Benteng Keraton Buton juga mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Benteng ini mempunyai luas sekitar 23,375 hektar. Berbentuk lingkaran, benteng ini memiliki keliling 2.740 meter.
Sedangkan, tinggi dan tebal tembok Benteng Keraton Buton berbeda-beda, lantaran perbedaan kontur tanah dan lereng bukit. Tinggi benteng berkisar 1-8 meter, dengan ketebalannya sekitar 0,5 – 2 meter.
TEMPO.CO, Jakarta - Benteng Keraton Buton atau Benteng Wolio yang juga dikenal sebagai Benteng Baubau merupakan salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Buton. Benteng yang terletak di atas Bukit Wolio ini memiliki luas 23.375 hektare. Letaknya berada di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan lereng yang cukup terjal cocok untuk dijadikan benteng pertahanan pada masanya. Seperti dikutip dari buku Kota Baubau, Sejarah dan Perjalanannya karya Prof Dr Burhan Bungin dan rekan-rekanya.
Benteng yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596) ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan september 2006 sebagai benteng terluas di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dindingnya terbuat dari karang dan putih telur serta campuran dengan pasir dan juga kapur itu sangat tinggi serta tebal, setiap dinding yang ada di benteng tidak sama, hal ini dikarenakan bangunan tersebut mengikuti kontur tanah atau lereng bukit. Tinggi tembok rata-rata mencapai 8 meter dan ketebalan mencapai dua meter.
Benteng Baubau ini memiliki 3 komponen. Pertama, Badili atau meriam. Obyek wisata ini merupakan meriam yang terbuat dari besi tua yang berukuran 2 sampai 3 depa. Meriam ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Bau-Bau.
Kedua, Lawa. Artinya dalam bahasa Wolio adalah pintu gerbang. Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung yang berada di sekeliling benteng keraton. Terdapat 12 lawa pada benteng keraton. Angka 12 menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia, sehingga benteng keraton diibaratkan sebagai tubuh manusia.
Ke-12 lawa memiliki masing-masing nama sesuai dengan gelar orang yang mengawasinya, penyebutan lawa dirangkai dengan namanya. Kata lawa diimbuhi akhiran ‘na’ menjadi ‘lawana’. Akhiran ‘na’ dalam bahasa Buton berfungsi sebagai pengganti kata milik “nya”.
Setiap lawa memiliki bentuk yang berbeda-beda tapi secara umum dapat dibedakan baik bentuk, lebar maupun konstruksinya ada yang terbuat dari batu dan juga dipadukan dengan kayu, semacam gazebo di atasnya yang berfungsi sebagai menara pengamat. 12 Nama lawa di antaranya: Lawana Rakia, Lawana Lanto, Lawana Labunta, Lawana Kampebuni, Lawana Waborobo, Lawana Dete, Lawana Kalau, Lawana Wajo atau Bariya, Lawana Burukene atau Tanailandu, Lawana Melai/Baau, Lawana Lantongau, dan Lawana Gundu-gundu.
Ketiga, Balarua. Kata baluara berasal dari bahasa portugis yaitu baluer yang berarti bastion. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi/ Dayanu Ikhsanuddin (Sultan Buton ke-4) bersamaan dengan pembangunan ‘godo’ (gudang). Dari 16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak di atas baluara tersebut.
Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada.
Nama kampung tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton. 16 Nama Baluara, yaitu Baluarana Gama, Baluarana Litao, Baluarana Barangkatopa, Baluarana Wandailolo, Baluarana Baluwu, Baluarana Dete, Baluarana Kalau, Baluarana Godona Oba, Baluarana Wajo/ Bariya, Baluarana Tanailandu, Baluarana Melai/ Baau, Baluarana Godona Batu, Baluarana Lantongau, Baluarana Gundu-gundu, Baluarana Siompu dan Baluarana Rakia.
Kunjungan Sandiaga Uno Ke Benteng Bau Bau
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno berharap Desa Wisata Limbo Wolio di kawasan Benteng Keraton Buton, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, yang merupakan benteng terluas di dunia, adalah suatu ikon dan harus dijaga serta dilestarikan seluruh komponen.
"Ada beberapa catatan yang saya ingin sampaikan bahwa ini adalah benteng terluas di dunia. Jadi ini kita canangkan sebagai Desa Wisata mengungguli 3.500 desa lainnya yang mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia," ujar Sandiaga Uno saat berkunjung ke Kota Baubau, Senin 13 Juni 2022.
Kedatangan Sandiaga Uno dalam rangkaian masuknya 50 besar Desa Wisata Limbo Wolio pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), seperti dilansir dari Antara.
Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 merupakan salah satu program pengembangan kepariwisataan Indonesia yang sedang digalakkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penyelenggaraan acara 50 besar ADWI 2022 dengan tema 'Kebangkitan Ekonomi Demi Indonesia Bangkit'.
Keberhasilan Desa Wisata Limbo Wolio menembus 50 besar terbaik mengungguli 3.500 desa lainnya, kata Sandi, tentunya harus dijaga dan dipertahankan. Capaian yang diraih saat ini adalah dari kolaborasi seluruhnya yang diharapkan akan membangkitkan ekonomi masyarakat.
"Memang untuk menjaganya harus melibatkan masyarakat, pemerintah dan seluruhnya. Tadi antusiasme masyarakat luar biasa, saya melihat di tempat-tempat lain tidak ada dukungan yang begitu antusias seperti kali ini. Jadi mari sama-sama kita jaga sebagai tatanan sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa pariwisata harus bangkit, ekonomi harus tumbuh, dan lapangan kerja harus terbuka," ujarnya.
Demikian juga, kata dia, saat masyarakat mengalami tekanan ekonomi yang berat pemerintah hadir untuk memberikan apresiasi. Lebih lanjut dia mengingatkan, mengenai kondisi batu-batu di benteng tersebut juga harus ada konservasinya, karena kemungkinan susunan batu di benteng tersebut secara perlahan akan tergerus atau aus seiring waktu.
"Dalam menjaga destinasi-destinasi yang prioritas kami melibatkan kementerian, lembaga, pemerintah pusat dan lapisan masyarakat. Memang sekarang yang menjadi salah satu topik yang hangat biaya, hemat kami dari Kemenparekraf yang perlu dijaga adalah aspek keberlanjutannya, aspek bagaimana ikon pariwisata seperti Desa Wisata Limbo Wolio akan menjadi warisan untuk anak cucu sehingga harus kita jaga," tuturnya.
Sementara itu, Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse mengatakan, kehadiran Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) di Baubau sebagai upaya memberikan penguatan kepada pihaknya setelah mendapatkan 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia ini.
"Beliau datang untuk memperkuat kita memertahankan posisi ini dan berusaha lebih baik lagi dari saat ini," kata Wali Kota Baubau.
Ahmad Monianse juga berharap sektor pariwisata Indonesia bisa bangkit kembali setelah masa pandemi yang melanda Tanah Air. Termasuk di Baubau bisa meraih kembali cita-citanya untuk menjadi kota yang maju, sejahtera dan berbudaya.
Penyambutan Sandiaga Uno di Lapangan Kara Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum diterima Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse, Ketua DPRD Baubau, unsur Forkompimda, Sekda Baubau Roni Muntar dan sejumlah kepala OPD Pemkot Baubau dengan disambut tarian daerah Galangi.
Sandiaga Uno sempat menyaksikan dan mengikuti langsung permainan tradisional 'polojo' bersama anak-anak setempat, berziarah ke makam Sultan Murhum dengan prosesi santiago, meninjau rumah suvenir dan mengunjungi 'Batu Popaua', lalu bersepeda menuju lokasi penandatangan prasasti, memberikan sertifikat dan plakat di area Gerbang Lanto.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Mari kita mengenal Benteng Wolio, bangunan benteng paling besar di dunia. Lokasinya ada di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Benteng Wolio awalnya dibangun oleh Raja Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Kaimuddin pada abad ke-16. Benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu karst yang disusun mengelilingi komplek istana untuk membuat pagar pembatas antara komplek istana dengan pemukiman masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan.
Namun, pada masa pemerintahan Raja Buton IV, La Elangi atau Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen. Konon katanya batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir, dan kapur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Wolio memberikan pengaruh besar terhadap eksistensi kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.
Benteng Wolio sendiri memiliki 12 pintu gerbang yang disebut 'Lawa' dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut 'Badili', 4 boka-boka (bastion berbentuk bulat), batu tondo (tembok keliling), parit, dan alat persenjataan.
Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik pada zamannya.
Salah satu sultan yang sangat dihormati pada masanya ialah Sultan Buton VI, Lakilaponto atau yang dikenal dengan nama Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis.
Benteng Wolio di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Foto: Kemenparekraf)
Ia menjadi sultan pertama dan raja terakhir, karena sistem pemerintahan yang semula kerajaan diubah menjadi kesultanan. Sebagai raja beliau memerintah selama 20 tahun, sementara sebagai sultan selama 26 tahun.
Agama Islam mulai masuk ke Kota Baubau saat di bawah pemerintahannya. Semasa pemerintahannya pula, ia mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masigi Ogena atau Masjid Agung Kesultanan Buton. Hingga kini masjid tersebut masih difungsikan sebagai tempat ibadah umat Islam.
Menurut Keterangan Ketua Pokdarwis Dadi Mangora Keraton Molagina Maman di dalam Masjid Agung Kesultanan Buton ini sarat akan makna. Sebut saja jumlah anak tangganya ada sebanyak 17, menandakan jumlah rakaat salat.
Lalu untuk panjang bedugnya 99 cm, melambangkan asmaul husna dan pasaknya berjumlah 33 sesuai dengan jumlah tasbih.
Makam Sultan Muhrum juga berada di dalam kawasan Benteng Wolio. Dibangunnya makam guna memberikan penghormatan kepada jasa-jasa Sultan semasa hidupnya. Makam ini kerap kali dimanfaatkan masyarakat sebagai wisata ziarah atau yang disebut dengan 'Santiago'.
Di dekat makam Sultan Muhrum terdapat Batu Yi Gandangi. Menurut masyarakat setempat belum sah ke Kota Baubau kalau belum menyentuh batu tersebut. Dulunya tempat batu ini terdapat mata air pada celah batu yang diyakini dapat mengeluarkan air bila ada penobatan raja atau sultan.
Selain Benteng Wolio yang menjadi warisan budaya nusantara, terdapat beragam unsur atraksi wisata menarik. Diantaranya Kande-Kandea, Posipo, Alana Bulua, Dole-Dole, Tandaki, Haroa, Qadiri, Qunua, Tembaana Bula, serta berbagai permainan tradisional. Namun, atraksi tersebut hanya bisa dinikmati pada waktu tertentu, tergantung tradisi masyarakat Buton serta pada setiap event budaya lainnya di Kota Baubau.
Benteng peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Foto: Okezone.com)
KOTA Baubau di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara punya sejarah panjang. Kota ini punya banyak benteng peninggalan masa lalu termasuk Benteng Keraton Buton yang masuk rekor sebagai benteng terbesar di dunia. Itu jadi alasan Baubau dijuluki sebagai Negeri Seribu Benteng.
Baubau berasal dari kata Bau, gelar bangsawan kerajaan masa lalu. Dulu banyak bangsawan bergelar Bau datang ke Buton sehingga kota tersebut disebut Baubau.
Kota Baubau yang luasnya sekitar 295,072 kilometer persegi dihuni sekitar 167.519 jiwa berdasarkan sensus 2018. Baubau pernah jadi Ibu Kota Kabupaten Buton sebelum dimekarkan dengan status kota madya pada 2001.
Dahulu kala, Baubau merupakan pusat Kerajaan Buton atau Wolio yang berdiri pada awal abad ke-15 atau 1401–1499 Masehi.
Mengutip dari Wikipedia, awal mula Buton jadi sebuah kerajaan dirintis oleh kelompok Mia Patamiana atau si empat orang yang datang ke Buton pada abad 13.
Mereka adalah Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo dan Sijawangkati yang berasal dari Semenanjung Melayu atau Johor.
Tanah Buton kemudian didatangi Raja Bone bernama Arung Palakka bersama sejumlah bangsawan Bone dan Soppeng pada Desember 1660.
Kedatangan Arung Palakka dan yang lainnya pada saat itu hendak meminta perlindungan kepada Sultan Buton dari ancaman Gowa.
Usai perjanjian Bongaya dan kekalahan Gowa, Arung Palakka bersama dengan sejumlah bangsawan lainnya dari latar etnis Bugis memilih untuk menetap di Buton sebagai warga. Hal ini dikarenakan, Tanah Buton pada waktu itu jauh lebih aman daripada Sulawesi Selatan yang penuh dengan konflik.
Sebagai pengingat, dulunya di abad ke 17 sampai awal abad ke 20, kondisi politik di Sulawesi selatan, penuh dengan konflik internal antar kerajaan. Yaitu antara kerajaan Gowa dan Bone, yang dimana kedua kerajaan ini juga pernah mempunyai konflik dengan Belanda dan Ternate.
Untuk itulah, Tanah Buton yang dirasa paling aman dan mudah di jangkau pada zaman itu, menjadi sasaran para pendatang dari Sulawesi Selatan untuk menetap. Karena mereka adalah bangsawan Bugis yang memiliki gelar kebangsawanan Andi Bau, maka hingga kini Tanah Buton disebut sebagai Kota Baubau.
Nah itulah sejarah dibalik terciptanya nama Baubau sebagai kota, unik bukan? Oleh karena itu awal kelahiran Kota Baubau bisa dirujuk sejak tahun 1660.
Meski demikian pada Perda No. 02 tahun 2010, tentang Penetapan Hari Jadi Kota Baubau dan Perubahan Penulisan Baubau, ditetapkan bahwa hari jadi Kota Baubau jatuh pada tanggal 17 Oktober 1541.
Apakah kamu tahu hewan apa yang terbesar di dunia? Kalau kamu menjawab paus biru, maka kamu benar. Paus biru memang adalah hewan dengan ukuran paling menakjubkan di dunia, karena mereka bisa mencapai panjang lebih dari 30 meter dan berat hingga 200 ton. Besar banget ya!
Tapi tahukah kamu hewan apa yang ukurannya terbesar kedua di dunia? Hewan tersebut adalah paus sirip, atau disebut fin whale dalam bahasa Inggris. Paus yang satu ini juga berukuran luar biasa, tapi sayangnya mereka justru kalah populer dibanding banyak jenis paus lain. Yuk, berkenalan dengan mereka melalui enam fakta tentang paus sirip berikut ini.
Bisa mencapai usia lebih dari seratus tahun
Keunikan lain dari paus sirip adalah mereka merupakan hewan dengan umur yang sangat panjang. Usia rata-rata mereka adalah 80--90 tahun, tapi ada laporan bahwa mereka pernah mencapai umur lebih dari 100 tahun. Bahkan, diperkirakan usia maksimal mereka adalah 150 tahun.
Dengan ukuran yang sangat besar, sepertinya paus sirip pasti aman dari serangan predator. Tapi ternyata tidak juga. Paus sirip yang masih muda bisa dimangsa oleh orca alias paus pembunuh. Sementara bagi paus sirip dewasa, satu-satunya predator adalah manusia yang sering memburu mereka pada awal abad ke-20.
Punya daya jelajah hingga seluruh lautan di dunia
Paus sirip punya daya jelajah yang luas. Mereka bisa ditemukan hampir semua lautan di seluruh dunia. Sebagian populasi paus sirip melakukan migrasi setiap tahun, masuk ke perairan dingin untuk mencari makan dan berpindah ke perairan hangat saat akan melahirkan. Namun ada pula populasi yang tidak bermigrasi, misalnya populasi di Teluk California.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Karena daya jelajahnya luas, paus sirip sebenarnya juga bisa memasuki perairan Indonesia. Tapi mungkin kamu belum pernah melihatnya, dan itu wajar karena mereka memang jarang berada di lautan tropis. Lagipula, habitat mereka adalah perairan dengan kedalaman minimal 200 meter, seperti dilansir Animal Diversity.
Baca Juga: 7 Spesies Paus Terbesar di Dunia, Ukurannya Bikin Takjub!
Merupakan kerabat dekat paus biru
Pertama, kamu pasti ingin tahu seberapa besar paus sirip sebenarnya. Dilansir laman Oceana, hewan raksasa ini bisa mencapai panjang 26 meter dan berat 80 ton! Itu setara dengan berat sekitar 13 ekor gajah afrika. Bahkan bayi paus sirip sudah mencapai ukuran 6 meter dan berat 3,5 ton saat baru lahir.
Ukuran luar biasa tersebut sebenarnya tidak mengherankan karena paus sirip masih berkerabat dekat dengan paus biru. Nama ilmiah paus sirip adalah Balaenoptera physalus, yang artinya mereka tergabung dalam genus Balaenoptera, sama seperti paus biru (Balaenoptera musculus).
Selain ukuran yang luar biasa, paus sirip juga punya ciri khas berupa sirip kecil yang mencuat di bagian belakang tubuhnya. Ciri khas itu yang membuat mereka disebut paus sirip, atau terkadang mereka disebut juga razorback whale alias paus punggung pisau.