Gurun Sahara Di Mana Lokasinya

Gurun Sahara Di Mana Lokasinya

Telah berubah selama bertahun-tahun

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Gurun Sahara telah mengalami transformasi yang signifikan sepanjang sejarahnya. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, wilayah yang sekarang menjadi Gurun Sahara dikenal sebagai "Sahara Kering" dan memiliki iklim yang jauh lebih lembap daripada saat ini. Padang pasir yang luas ini dulunya merupakan daerah subur dan hijau, dengan sungai-sungai mengalir dan mendukung berbagai macam tumbuhan dan hewan.

Perubahan iklim dan lingkungan terjadi karena pergeseran kemiringan bumi yang lambat, menyebabkan peningkatan suhu dan penurunan curah hujan di wilayah tersebut. Akibatnya, vegetasi dan sumber air berkurang, dan Gurun Sahara yang kita kenal sekarang mulai muncul. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa Gurun Sahara memiliki potensi untuk menjadi hijau kembali di masa depan. Konsep ini dikenal sebagai "teori hijau Sahara" yang mencakup ide untuk menghidupkan kembali daerah ini melalui upaya penghijauan dan manajemen air. Namun, rencana semacam itu tentu memerlukan upaya besar dan pemahaman yang mendalam tentang ekosistem dan iklim regional.

Membentang hampir seluruh wilayah Afrika Barat

Gurun Sahara membentang hampir ke seluruh wilayah Afrika Barat dan mencakup sejumlah besar negara. Gurun ini membentang di sepanjang sebelas negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Gurun Sahara memiliki cakupan geografis yang sangat luas, memainkan peran integral dalam membentuk iklim dan ekosistem di wilayah tersebut. Pasir gurun yang luas, dataran tinggi berbatu, bukit pasir, dan pegunungan adalah beberapa dari beragam karakteristik topografi yang dapat ditemui di Gurun Sahara, menciptakan lanskap yang kaya dan kompleks.

Gurun ini tidak hanya memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan setempat, tetapi juga memegang peranan penting dalam sejarah dan budaya Afrika. Gurun Sahara menjadi saksi perjalanan berabad-abad manusia, serta memberikan warna unik dalam kehidupan sehari-hari dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Keberagaman geografi dan sejarahnya menjadikan Gurun Sahara sebagai wilayah yang sangat menarik dan berarti dalam konteks Afrika dan dunia secara lebih luas.

Permukiman berusia berabad-abad

Jika sekelompok warga Aljazair tinggal di daerah yang 'tidak bersahabat', permukiman di barisan puncak bukit yang luar biasa indah terdapat di pinggiran sisi utara Sahara.

Kawasan ini dikenal sebagai lima kota dengan benteng pertahanan bersejarah di Lembah M'Zab.

Kota-kota ini juga kerap disebut dengan terminologi Pentapolis.

Benteng-benteng megah berusia berabad-abad ini dibangun di sepanjang Wadi Mzab, sebutan untuk dasar sungai yang kering sebagian dan yang airnya hanya naik sekali setiap tiga hingga lima tahun.

Pentapolis terdiri dari El-Atteuf, yang tertua dan didirikan tahun 1012. Tiga lainnya adalah Melika, Bounoura, dan kota suci Beni-Isguen.

Yang terakhir adalah Ghardaïa (tampak dalam foto), yang merupakan permukiman utama dan pusat bisnis di Lembah M'Zab.

Pada tahun 1982, M'Zab dijadikan situs Warisan Dunia oleh Unesco karena budaya dan arsitekturnya yang sangat khas.

"Yang membuat tempat itu begitu istimewa adalah kombinasi unik, yaitu penduduk asli Afrika Utara dengan kepercayaan Islam Ibadi. Merekalah yang membangun rumah benteng di tengah gurun," kata pemandu lokal Khaled Meghnine.

"Tidak ada tempat seperti itu di Aljazair maupun di belahan dunia lainnya," ujar Meghnine.

Sumber gambar, Simon Urwin

Rumah bagi populasi modern yang berjumlah lebih dari 360.000 orang, kota-kota di Lembah M'Zab didirikan oleh Mozabites, suku semi-nomaden yang bertutur dalam bahasa mereka sendiri, yaitu Tumzabt.

Orang-orang Mozab telah menjelajahi lembah ini sejak sekitar abad ke-8. Namun karena wilayah itu semakin kering, mereka memutuskan untuk menetap dan beradaptasi dengan lingkungan yang keras.

Suku ini membangun kota mereka antara abad ke-11 dan ke-14.

Masing-masing permukiman itu berpusat di sekitar masjid dengan menara yang difungsikan untuk memanggil jemaah sekaligus mengawasi keamanan.

Di dasar lembah, orang Mozab membangun kebun palem yang juga berfungsi sebagai pelarian mereka dari panasnya musim panas.

"Sungguh luar biasa bagaimana mereka berhasil berkembang sebagai komunitas dalam iklim yang tidak ramah seperti itu," kata Meghnine.

"Itulah mengapa banyak orang menghargai budaya orang Mozab. Budaya itu bertahan melawan rintangan selama lebih dari seribu tahun. Mereka melakukan semua yang mereka bisa untuk bertahan hidup dan tetap kuat."

Sumber gambar, Simon Urwin

Di setiap kota, komunitas Mozab membangun jalanan yang padat. Bagian jalan yang tersempit hanya cukup menampung keledai yang membawa barang. Sementara itu, jalan raya utama dari dan ke pasar dibangun agar dapat dilalui unta.

Rumah batu khas orang-orang Mozab berbentuk kotak. Sebuah ruang untuk seekor kambing dibuat di dalamnya.

"Selain listrik yang masuk pada akhir dekade 1950-an, kehidupan di berbagai episentrum sejarah ini tidak banyak berubah dan banyak orang menyukai fakta itu," kata Meghnine.

"Etika mengantre di pompa air tetap sama. Anak-anak didahulukan, baru perempuan dan laki-laki. Begitu juga kebiasaan mengecat dinding luar rumah dengan warna biru untuk mencegah nyamuk dan menjaga kesejukan ruangan. Itu berlanjut hingga hari ini," ucapnya.

Kebiasaan tak tertulis lainnya adalah para perempuan yang menghabiskan banyak waktu di halaman rumah yang berdinding tinggi, yang menjaga privasi mereka.

"Di Beni-Iguen, kebiasaan para perempuan itu dapat dilihat dari menara masjid. Jadi orang luar dilarang memasuki kota atau menaiki menara setelah salat subuh. Ini memastikan perempuan masih bisa melakukan aktivitas tersebut tanpa terlihat," kata Meghnine.

Sumber gambar, Simon Urwin

Tidak ada yang menjajakan dagangan, aktivitas tawar-menawar atau tanda-tanda modernitas

Di kota besar Ghardaia, aktivitas perdagangan diizinkan berlangsung di dalam dan sekitar alun-alun pasar pusat. Meski begitu, papan nama dan medium iklan modern dilarang agar kota itu mempertahankan tampilan asli abad ke-11.

Berdasarkan peraturan setempat, jalan-jalan kecil dapat mengkhususkan diri hanya pada satu produk, seperti karpet, buah, sayuran atau emas.

"Seorang pedagang Mozab tidak menganggap toko lain sebagai saingan," kata Laggoun.

"Sebaliknya, dia menikmati kebersamaan dengan pedagang lain karena yakin kebersamaan memperkuat ikatan komunitas."

Menjual barang secara berisik dan proses tawar-menawar harga sangat dihindari di M'Zab.

"Ini berasal dari keyakinan kuat para penganut mazhab Ibadi tentang kesetaraan. Penjual menghormati pembeli sebagai orang yang sederajat sehingga para penjual bersikap jujur dan menawarkan harga yang adil sejak awal, "kata Laggoun.

"Pentingnya kesetaraan di sini melampaui perdagangan juga. Berbagai acara sosial di sini bisa saja dihadiri oleh orang-orang terkaya dan termiskin di lembah.

"Tapi mereka makan dan minum bersama sebagai satu kesatuan karena semua orang dipandang sederajat," ujarnya.

Sumber gambar, Simon Urwin

Jika beberapa generasi muda di M'Zab perlahan-lahan mengadopsi gaya pakaian Barat, banyak penduduk masih memilih pakaian yang lebih tradisional.

Perempuan konservatif mengenakan kain kafan putih, yang dikenal sebagai haik, saat mereka keluar rumah.

Sementara itu, laki-laki mengenakan tchachit atau kopiah dan saroual loubia, semacam celana berlipat, seperti celana harem.

"Saroual itu praktis karena membuat pemakainya tetap sejuk dan juga memungkinkan yang memakainya melakukan gerakan fleksibel selama menjalankan segala jenis pekerjaan fisik," kata seorang guru bahasa Inggris setempat kepada saya.

"Saya juga menyukai pakaian ini karena itu adalah bagian dari keunikan identitas M'Zab. Lagi pula, jika semua orang mengenakan jins dan kaos sepak bola, kami akan terlihat seperti orang lain di seluruh dunia."

Sumber gambar, Simon Urwin

Dulunya Dataran Hijau

Foto: Gurun Sahara (openaccessgovernment.org)

Dulu subur dan hijau, rumah bagi berbagai tanaman dan hewan.

Perubahan itu terjadi kira-kira 5000 tahun yang lalu, karena perubahan kemiringan bumi secara bertahap.

Para ahli memperkirakan, di masa depan, beberapa titik di Sahara akan kembali hijau.

Foto: Gurun Terpanas (kimkim.com)

Sahara adalah gurun terpanas di dunia dengan salah satu iklim paling keras.

Suhu rata-rata tahunan adalah 30°C, sedangkan suhu terpanas yang pernah tercatat adalah 58 derajat Celsius.

Daerah tersebut menerima sedikit curah hujan.

Faktanya, setengah dari Gurun Sahara menerima kurang dari 1 inci hujan setiap tahun.

Meskipun banyak yang menganggap Sahara sebagai iklim yang selalu panas, namun suhu bisa menurun drastis saat malah hari.

Bahkan, bisa mencapai titik terendah hingga 6°C. Ini terjadi karena kurangnya kelembapan di daerah tersebut.

Sahara lebih dari sekadar pasir, faktanya sebagian besar Sahara terdiri dari dataran tinggi berbatu...

Bobo.id - Teman-teman, apakah kamu tahu gurun panas terbesar di dunia adalah Gurun Sahara?

Ya, Gurun Sahara menempati posisi ketiga sebagai gurun terbesar di dunia, setelah gurun dingin di Antartika dan Arktik.

Artinya, jika diurutkan dari seluruh gurun pasir bersuhu panas, Gurun Sahara adalah yang terbesar di dunia.

Memangnya berapa luas Gurun Sahara hingga bisa disebut terbesar? '

Faktanya, luas Gurun Sahara mencapai 9,4 juta kilometer persegi, hampir sepertiga dari luas benua Afrika.

Nah, supaya teman-teman semakin mengenal keunikan dari Gurun Sahara, mari simak fakta menarik berikut ini.

1. Membentang di 11 Negara

Gurun Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di bagian barat, Laut Merah di timur, Laut Mediterania di sebelah utara, dan Sahel Savannah di bagian selatan.

Uniknya, Gurun Sahara luasnya membentang hingga 11 negara, lo. Apa saja negara tersebut?

Baca Juga: 5 Fakta Unik MotoGP, Salah Satunya Miliki Bobot Motor Melebihi Harimau Dewasa

Sebelas negara yang dimaksud antara lain, Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia.

Keistimewaan geografis dari tempat ini adalah terkenal dengan padang pasirnya yang luas.

Meskipun gurun ini dikenal dengan kelangkaan air di wilayahnya, terdapat dua sungai permanen yaitu Sungai Nil dan Sungai Niger.

2. Spesies yang Tinggal di Sahara

Dilansir dari Live Science dan menurut World Wildlife Fund, terdapat 500 spesies tumbuhan, 70 spesies mamalia, 90 spesies burung, dan 100 spesies reptil yang hidup di Gurun Sahara.

Seperti yang ada di pikiran banyak orang, hewan yang paling ikonik dari Gurun Sahara adalah unta.

Unta dijinakkan sekitar 3.000 tahun yang lalu di Semenanjung Arab bagian tenggara, sebagai transportasi di padang pasir.

Unta beradaptasi dengan baik di lingkungan gurun Sahara yang gersang dan panas.

Punuk unta berfungsi untuk menyimpan lemak, yang dapat digunakan sebagai energi dan hidrasi pada saat unta tidak makan.

Baca Juga: 5 Fakta Unik MotoGP, Salah Satunya Miliki Bobot Motor Melebihi Harimau Dewasa

3. Pernah Berwarna Hijau

Saat ini, jika kita melihat foto dan video tentang Gurun Sahara, maka penampakan lingkungannya berwarna merah kecokelatan.

Itu karena Gurun Sahara adalah padang pasir yang kering dan gersang.

Namun, tahukah kamu sekitar 11.000 dan 5.000 tahun yang lalu, Gurun Sahara pernah ditumbuhi tanaman hijau di bukit pasirnya.

Peristiwa ini terjadi setelah zaman es terakhir berakhir. Curah hujan di Sahara juga meningkat, sehingga gua yang tadinya gersang bisa menjadi danau.

Sekitar 9 juta kilometer persegi wilayah Afrika Utara berubah menjadi hijau, yang dipenuhi rerumputan dan semak yang subur.

4. Pernah Diselimuti Salju

Selain pernah berubah menjadi padang rerumputan berwarna hijau, ternyata Gurun Sahara juga pernah diselimuti salju, lo.

Pada 13 Januari 2021, terlihat permukaan Gurun Sahara diselimuti oleh salju dengan suhu yang sangat dingin, bahkan berada di bawah titik beku.

Baca Juga: Punya Telinga yang Besar, Ini 5 Fakta Menarik dari Keledai yang Mirip dengan Kuda

Diketahui, saat itu salju yang menutupi permukaan Gurun Sahara berada pada suhu minus 3 derajat Celcius.

Meski salju di gurun pasir bersuhu panas adalah hal yang tidak biasa, permukaan Gurun Sahara yang tertutup salju ternyata bukan terjadi pertama kalinya, lo.

Tahun 2021 ini terhitung sudah empat kali Gurun Sahara tertutup salju. Wah, tidak disangka, ya!

5. Iklimnya Berubah 20.000 Tahun Sekali

Gurun pasir Sahara yang bisa berubah menjadi hijau atau diselimuti salju membuat kita menjadi penasaran, apa yang terjadi dengan iklim Sahara?

Perubahan iklim yang terjadi di gurun Sahara ini diteliti oleh para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Penelitian dilakukan dengan menganalisis debu yang ada di pesisir Afrika Barat selama 240.000 tahun terakhir.

Hasilnya, iklim di Gurun Sahara selalu berubah-ubah antara basah dan kering setiap 20.000 tahun sekali.

Ini disebabkan oleh sumbu Bumi yang berubah ketika mengorbit Matahari, sehingga memengaruhi persebaran cahaya antarmusim di sana.

Nah, itulah 5 fakta menarik tentang Gurun Sahara, teman-teman.

Hewan apakah yang paling ikonik di Gurun Sahara?

Petunjuk: Cek di halaman 2!

Tonton video ini, yuk!

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi

Gurun Sahara, sebuah lanskap yang memikat dan menakjubkan yang telah menjadi sumber keajaiban alam yang mengejutkan selama ribuan tahun. Meskipun dikenal sebagai salah satu gurun terbesar di dunia, masih ada fakta menarik yang sering terlupakan di balik kilauannya yang gersang dan luas. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam untuk mengungkap 7 fakta menarik tentang Gurun Sahara yang mungkin belum pernah Anda ketahui sebelumnya. Bersiaplah untuk menjelajahi keindahan dan keunikan gurun yang mencakup wilayah yang jauh lebih luas daripada sekadar ukurannya.

Bukan gurun terluas di Bumi

Gurun Sahara sering dianggap sebagai gurun terluas dan terpanas di dunia. Namun, jika kriteria diukur berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 250 milimeter, maka Gurun Antartika memenuhi syarat sebagai gurun terbesar di dunia. Hal ini karena Gurun Antartika memiliki luas sekitar 14,2 juta kilometer persegi, sedangkan Gurun Sahara hanya memiliki luas sekitar 8,6 juta kilometer persegi.

Gurun Antartika adalah benua yang ditutupi oleh lapisan es yang luas, dan sebagian besar wilayahnya jarang sekali menerima curah hujan. Beberapa daerah di Antartika, seperti McMurdo Dry Valleys, diyakini tidak menerima curah hujan sama sekali dalam rentang waktu 14 juta tahun. Kondisi ini menjadikan Gurun Antartika sebagai gurun terluas di dunia, meskipun karakteristiknya sangat berbeda dengan gurun panas yang kering. Meskipun kondisinya berbeda dengan gurun panas yang kering, Gurun Antartika dengan kekeringan dan suhu ekstremnya membuktikan bahwa karakteristik gurun dapat ditemui di berbagai bentuk dan lingkungan di seluruh dunia. Gurun Antartika adalah contoh nyata bahwa gurun tidak selalu identik dengan gurun pasir yang kering dan panas.

Gurun Sahara adalah salah satu gurun paling ikonik di dunia. Dengan luasnya yang sangat besar dan karakteristiknya yang unik, gurun ini telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah manusia. Meskipun sering dianggap sebagai gurun terluas di dunia, Gurun Sahara ternyata bukanlah yang terbesar. Namun, hal ini tidak mengurangi keistimewaan gurun ini, dan justru menjadikannya semakin menarik untuk dipelajari.

Baca Juga: 5 Hewan Unik yang Hidup di Gurun Sahara, Ada Hewan Berbahaya!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Schoolmedia News, Aljazair – Jika mendengar nama Gurun Shara pasti yang ada dibenak kita adalah padang pasir yang kering dan panas. Gurun Sahara adalah padang pasir kering terbesar dunia. Gurun ini juga menjadi salah satu destinasi menarik dunia. Nama Sahara berasal dari bahasa Arab, Sahara. Artinya sendiri adalah padang pasir. Sahara membentang di utara Afrika dengan segala keunikannya.

Namun pernahkah kamu melihat Gurun Sahara bersalju? Gurun Sahara diselimuti salju dengan suhu di bawah titik beku pada 13 Januari 2021. Dikutip dari New York Post, Jumat (29/1/2020) 18 Januari 2021, salju juga turun di dekat kota gurun Ain Sefra di Aljazair pada minggu ini. Seorang fotografer, Karim Bouchetata, mengambil foto luar biasa dari es yang menutupi pasir di kota kecil Gurun Sahara.

Peristiwa langka itu terjadi keempat kalinya dalam 42 tahun terakhir di Gurun Sahara yang meliputi area seluas 3.600.000 mil persegi, hampir seluas Amerika Serikat. Insiden hujan salju pertama di kota gurun Sahara Ain Sefra tercatat pada tahun 1979, diikuti pada Desember 2016 dan Januari 2018 ketika gurun tersebut dilaporkan tertutup salju setinggi 16 inci.

Baca juga: Kisah William Lei Ding Dirikan NetEase dengan 3 Karyawan

Foto yang diambil oleh fotografer Aljazair, Karim Bouchetata di atas, menunjukkan pola unik di bukit pasir yang dipenuhi salju. Foto inilah yang kemudian menjadi viral. Ia menggambarkannya sebagai "lukisan embun beku" yang indah di bukit pasir, yang dapat disaksikan di kota Ain Sefra, Provinsi Naâm. Ia pula yang mendokumentasikan hujan salju pada 7 Januari 2018 yang saat itu menjadi viral.

Kota Ain Sefra juga dikenal sebagai "Gerbang Menuju Gurun", karena berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh Pegunungan Atlas. Dilansir dari Indian Express , penduduk setempat dikejutkan karena suhu minggu lalu turun menjadi -3 celcius. Sementara itu, di Arab Saudi, Al Arabiya melaporkan bahwa penduduk setempat juga dikejutkan dengan hujan salju di wilayah Asir di barat daya Arab Saudi, tepatnya di Gubernuran Balsamer, setelah 50 tahun fenomena tersebut pernah terjadi.

Menurut situs resmi kantor berita Saudi Press SPA, bagian utara wilayah Tabuk di Kerajaan Arab Saudi, juga menyaksikan "gelombang kutub" pada minggu lalu. Hal tersebut juga menimbulkan hujan salju lebat. Orang-orang di media sosial mulai membagikan foto mereka sedang membangun manusia salju dan duduk di dekat api di gurun yang tertutup salju, di atas dataran yang sangat dingin.

SAHARA adalah gurun panas yang membentang sepanjang Afrika Utara. Panjangnya sekitar 3.000 mil dan membentang dari Laut Merah di timur hingga Samudra Atlantik di barat. Sahara berbatasan di utara dengan Laut Mediterania dan Sahel di selatan.

Ada apa saja di gurun yang panas itu? Dilansir dari Britannica, vegetasi Sahara umumnya jarang. Konsentrasi rerumputan, semak, dan pepohonan tersebar di dataran tinggi, cekungan oasis, dan sepanjang wadi.

Berbagai halofit atau tanaman toleran garam ditemukan di cekungan garam. Beberapa rerumputan, herba, semak kecil, dan pepohonan yang tahan terhadap panas dan kekeringan ditemukan di dataran tinggi Sahara yang kurang mendapat air. Vegetasi Sahara sangat penting karena banyak adaptasi yang tidak biasa terhadap curah hujan yang tidak dapat diandalkan.

Baca juga : Badai Hujan Hijaukan Gurun Sahara

Hal itu terlihat secara beragam dalam morfologi, termasuk struktur akar, berbagai adaptasi fisiologis, preferensi lokasi, hubungan ketergantungan dan afinitas, serta strategi reproduksi.

Ternyata ada juga tumbuhan berkayu peninggalan dataran tinggi Sahara yang menonjol. Sebut saja, spesies pohon zaitun, cemara, dan damar wangi. Tanaman berkayu lain yang ditemukan di dataran tinggi dan tempat lain di gurun termasuk spesies Akasia dan Artemisia, palem doum, oleander, kurma, dan thyme.

Rumput yang tersebar luas di Sahara antara lain spesies Aristida, Eragrostis, dan Panicum. Aeluropus littoralis dan rumput toleran garam lain ditemukan di sepanjang pantai Atlantik. Berbagai kombinasi ephemeral membentuk padang rumput musiman penting yang disebut acheb.

Baca juga : Urutan Takson Tumbuhan dan Hewan dari Kelompok Terbesar ke Terkecil

Pada abad ke-21, pengakuan bahwa Sahara dan wilayah perbatasannya di selatan, Sahel, semakin mengarah ke selatan karena penggurunan memunculkan upaya untuk menghentikan pergerakan tersebut. Adapun yang paling menonjol ialah Tembok Hijau Besar untuk Inisiatif Sahara dan Sahel.

Gagasan yang mendasari lahirnya inisiatif ini pertama kali dicetuskan pada 2005 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan bantuan dari Uni Afrika dan organisasi internasional lain. Hal ini mencakup rencana untuk menanam pohon-pohon asli yang tahan kekeringan di wilayah seluas 9 mil dari tepi barat hingga tepi timur benua tersebut, sehingga menciptakan penghalang untuk menjaga gurun agar tidak merambah lebih lanjut ke selatan lahan tersebut.

Fauna tropis peninggalan Sahara utara termasuk ikan lele tropis dan kromida yang ditemukan di Biskra, Aljazair, dan oasis terpencil di Sahara; kobra dan buaya kerdil mungkin masih ada di daerah aliran sungai terpencil di Pegunungan Tibesti.

Baca juga : Republik Islam Iran Sejarah Singkat, Agama, Daratan, dan Iklim

Sementara yang lebih tidak kentara yaitu hilangnya spesies yang beradaptasi dengan baik dan lebih mudah bergerak akibat senjata api canggih dan perusakan habitat yang dilakukan manusia. Gajah Afrika Utara punah pada zaman Romawi. Singa, burung unta, dan spesies lain ditemukan di pinggiran utara gurun tersebut pada akhir 1830.

Addax terakhir di Sahara utara dibunuh pada awal 1920-an. Penyusutan serius antelop ini juga terjadi di pinggiran selatan dan di pegunungan tengah.

Di antara spesies mamalia yang masih ditemukan di Sahara ialah gerbil, jerboa, cape hare, dan landak gurun, domba barbar dan kijang bertanduk pedang, dorcas gazelle, rusa dama, dan keledai liar Nubia, babon anubis, hyena tutul, serigala biasa dan rubah pasir, serta musang belang libia dan luwak ramping.

Baca juga : Sejarah Penguin Puluhan Juta Tahun Lalu yang Dapat Terbang

Kehidupan burung di Sahara melebihi 300 spesies. Zona pesisir dan perairan pedalaman menarik banyak spesies burung air dan pantai. Di antara spesies yang ditemui di daerah pedalaman ialah burung unta, berbagai raptor burung sekretaris, ayam guinea dan bustard Nubia, burung hantu elang gurun dan burung hantu gudang, burung pasir, dan martin karang pucat dan burung gagak berleher cokelat dan berekor kipas.

Katak, kodok, dan buaya hidup di danau dan kolam Sahara. Kadal, bunglon, kadal, dan ular kobra ditemukan di antara bebatuan dan bukit pasir. Danau dan kolam di Sahara juga mengandung ganggang dan udang air asin serta krustasea lain.

Berbagai siput yang menghuni gurun merupakan sumber makanan penting bagi burung dan hewan. Siput gurun bertahan hidup melalui aestivasi atau dormansi, sering kali tidak aktif selama beberapa tahun sebelum dihidupkan kembali oleh curah hujan.

Baca juga: Ada Berapa Benua di Dunia Ini Penjelasannya

Meskipun seluas Amerika Serikat, Sahara diperkirakan hanya dihuni sekitar 2,5 juta jiwa. Kawasan yang luas sepenuhnya kosong, tetapi terdapat sedikit vegetasi yang dapat mendukung hewan penggembalaan atau sumber air yang dapat diandalkan, kelompok penduduk yang tersebar dapat bertahan hidup dalam keseimbangan ekologi yang rapuh dengan salah satu lingkungan paling keras di bumi.

Jauh sebelum sejarah tercatat, Sahara jelas lebih banyak dihuni. Artefak batu, fosil dan seni cadas, tersebar luas di wilayah yang kini terlalu kering untuk dihuni, mengungkap keberadaan manusia di masa lalu, serta hewan buruan, termasuk antelop, kerbau, jerapah, gajah, badak, dan babi hutan.

Tombak tulang, kumpulan cangkang, dan sisa-sisa ikan, buaya, dan kuda nil dikaitkan dengan permukiman prasejarah di sepanjang tepi danau Sahara kuno. Di antara beberapa kelompok, perburuan dan penangkapan ikan tunduk pada penggembalaan nomaden, setelah hewan peliharaan muncul di Sahara hampir 7.000 tahun yang lalu.

Baca juga: Pengertian Benua dan Awal Mula serta Perbedaan Jumlahnya

Kelompok penggembala ternak di wilayah Tenere di Niger diyakini berasal dari leluhur Berber atau leluhur Zaghawa. Domba dan kambing tampaknya diperkenalkan oleh kelompok yang terkait dengan budaya Capsian di Afrika timur laut.

Bukti langsung mengenai pertanian pertama kali muncul sekitar 6.000 tahun yang lalu dengan budi daya jelai dan gandum emmer di Mesir. Ini tampaknya diperkenalkan dari Asia.

Bukti domestikasi tanaman asli Afrika pertama kali ditemukan pada tembikar sekitar 1000 SM yang ditemukan di Mauritania. Para penggarap telah dikaitkan dengan Gangara, nenek moyang Soninke modern.

Baca juga: 10 Negara Pertama Akui Kemerdekaan Indonesia

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa Sahara semakin banyak dihuni oleh beragam populasi dan domestikasi tumbuhan dan hewan mengarah pada spesialisasi pekerjaan. Meskipun kelompok-kelompok tersebut hidup terpisah, kedekatan permukiman menunjukkan ada peningkatan saling ketergantungan ekonomi.

Perdagangan luar negeri juga berkembang. Tembaga dari Mauritania telah sampai ke peradaban Zaman Perunggu di Mediterania pada milenium ke-2 SM. Perdagangan semakin intensif dengan munculnya peradaban Zaman Besi di Sahara pada abad ke-1 SM, termasuk peradaban yang berpusat di Nubia.

Mobilitas pengembara yang lebih besar memfasilitasi keterlibatan mereka dalam perdagangan trans-Sahara. Meningkatnya kekeringan di Sahara terlihat pada peralihan dari sapi dan kuda ke unta.

Baca juga: Perayaan Maulid Nabi di Mekah Zaman Dulu

Meskipun unta sudah digunakan di Mesir pada abad ke-6 SM, keunggulan mereka di Sahara baru muncul pada abad ke-3 Masehi. Penghuni oasis di Sahara semakin menjadi sasaran serangan Sanhaja dan pengembara menunggang unta lain. Banyak dari mereka memasuki gurun untuk menghindari anarki dan peperangan pada akhir periode Romawi di Afrika Utara.

Banyak penghuni oasis yang tersisa, di antaranya Haratin, ditaklukkan oleh para pengembara.

Ekspansi Islam ke Afrika Utara antara abad ke-7 dan ke-11 mendorong tambahan kelompok Berber serta kelompok Arab yang ingin mempertahankan kepercayaan tradisional untuk pindah ke Sahara. Islam akhirnya berkembang melalui jalur perdagangan menjadi kekuatan sosial yang dominan di gurun pasir.

Meskipun terdapat keragaman budaya yang besar, masyarakat Sahara cenderung dikategorikan sebagai penggembala, petani menetap, atau spesialis seperti pandai besi, penggembala, dan petani. Pastoralisme, yang sampai taraf tertentu selalu nomaden, terjadi di tempat yang padang rumputnya terbatas, seperti di daerah marginal, di perbatasan pegunungan, dan di wilayah barat yang sedikit lembap.

Baca juga: Tiga Ulama Indonesia yang Menjadi Imam Masjidil Haram

Sapi muncul di sepanjang perbatasan selatan dengan Sahel. Namun domba, kambing, dan unta ialah makanan andalan di gurun pasir. Kelompok pastoral utama termasuk Regeibat di barat laut Sahara dan Chaamba di Sahara Aljazair utara. Secara struktur hierarki, kelompok pastoral yang lebih besar dulu mendominasi gurun.

Peperangan dan penggerebekan merupakan hal yang mewabah dan pada periode kekeringan terjadi migrasi besar-besaran untuk mencari padang rumput yang mengakibatkan hilangnya banyak hewan. Suku Tuareg terkenal karena sifat suka berperang dan kemandirian mereka. Meskipun beragama Islam, mereka tetap menganut organisasi matriarkal dan perempuan Tuareg memiliki tingkat kebebasan yang luar biasa.

Kelompok Moor di sebelah barat dulu memiliki konfederasi suku yang kuat. Suku Teda, dari Tibesti dan daerah perbatasan selatannya, sebagian besar ialah penggembala unta yang terkenal karena kemandirian dan ketahanan fisik mereka.

Baca juga: 13 Tokoh Penjelajah Samudra pada Abad Pertengahan

Di gurun pasir, pekerjaan menetap terbatas pada oasis. Irigasi hanya memungkinkan penanaman kurma, delima, dan pohon buah-buahan lain secara terbatas. Budi daya dilakukan di kebun kecil yang dikelola dengan banyak tenaga kerja tangan. Irigasi memanfaatkan aliran sungai sementara di daerah pegunungan, kolam permanen, foggaras, mata air, dan sumur.

Beberapa air tanah dangkal bersifat artesis, tetapi sering kali diperlukan alat pengangkat air. Metode kuno seperti shadoof dan noria yang digerakkan oleh hewan digantikan oleh pompa bermotor di oasis yang lebih mudah diakses.

Ketersediaan air sangat membatasi perluasan oasis dan di beberapa wilayah penggunaan air yang berlebihan menyebabkan penurunan permukaan air secara serius. Salinisasi tanah akibat penguapan yang sangat besar dan penguburan dengan pasir yang merambah merupakan bahaya lebih lanjut.

Baca juga: Sekilas Penjelajahan Ibnu Batutah

Selama abad dominasi kolonial atas Sahara, yang berlangsung dari pertengahan abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, hanya terdapat sedikit perubahan mendasar, kecuali pengamanan militer, kekuatan kolonial tidak begitu tertarik pada pembangunan ekonomi di wilayah yang tampaknya tidak menjanjikan. Namun, setelah Perang Dunia II, penemuan minyak khususnya menarik minat dan investasi internasional.

Dalam beberapa tahun penemuan besar telah dilakukan, khususnya di bidang sumber daya mineral. Mineral logam punya kepentingan ekonomi yang cukup besar. Aljazair memiliki beberapa simpanan besar bijih besi dan cadangan di Gunung Ijill, Mauritania bagian barat, sangat besar atau simpanan yang kurang luas telah ditemukan di Mesir, Tunisia, Maroko, Sahara Barat, dan Niger.

Dekat Akjoujt, di barat daya Mauritania, terdapat sejumlah besar bijih tembaga. Deposit mangan yang luas terjadi di selatan Bechar, Aljazair. Uranium tersebar luas di Sahara dan sangat penting di Niger.

Baca juga: Benua Asia Letak, Luas, dan Negara-Negara di Dalamnya

Sejumlah besar mineral penting secara ekonomi lain ditemukan di wilayah Ahaggar, Air, Tibesti, dan Eglab. Deposit fosfat yang kaya terdapat di Maroko dan Sahara Barat serta deposit lebih kecil ditemukan di tempat lain.

Sumber daya bahan bakar meliputi batu bara, minyak, dan gas alam. Sumber batu bara termasuk lapisan antrasit di Maroko dan ladang bitumen dekat Béchar. Menyusul penemuan minyak di dekat In-Salah, Aljazair, setelah Perang Dunia II, cadangan besar telah ditemukan di Gurun Barat Mesir, Libia timur laut, dan Aljazair timur laut.

Cadangan kecil terdapat di Tunisia dan Maroko, serta di Chad, Niger, dan Sudan di selatan. Deposit serpih minyak juga telah ditemukan di Sahara. Ladang gas alam utama dieksploitasi di Aljazair dan Mesir serta ladang gas kecil terdapat di Libia dan Tunisia.

Sebagai hasil dari eksplorasi geologi dan minyak, cadangan air bawah tanah dalam jumlah besar juga ditemukan di sejumlah cekungan sedimen, terutama dalam formasi batupasir. Beberapa air yang dapat diperoleh kembali juga terdapat dalam formasi pasir permukaan. Namun, perkembangan ekonomi di gurun pasir memberikan kesulitan yang sangat besar dan tidak mengubah Sahara tradisional.

Ekstraksi minyak dan bijih telah membawa teknologi modern dan komunikasi yang lebih baik ke lokasi-lokasi yang tersebar. Namun kegiatan-kegiatan tersebut memberikan peluang terbatas bagi lapangan kerja lokal. Meskipun pendapatan dari minyak menawarkan sarana untuk pengembangan gurun, keuntungan yang lebih cepat dan menarik dari wilayah pesisir yang berpenduduk cenderung menjadi prioritas.

Air bawah tanah menawarkan kemungkinan pengembangan besar baik di bidang pertanian maupun industry. Namun eksploitasi dalam skala besar akan memakan biaya yang besar. Eksploitasi besar-besaran juga akan mengakibatkan penipisan yang progresif dan perubahan hidrologis dapat meningkatkan ancaman wabah belalang, karena belalang berkumpul dalam kelompok ketika persediaan makanan terbatas, berkembang biak, dan kemudian menempati wilayah yang lebih luas ketika kondisi membaik.

Masyarakat gurun hanya mendapat sedikit manfaat dari eksploitasi mineral bahkan mungkin justru sebaliknya. Menurunnya penggembalaan nomaden, yang dimulai dengan pengamanan, telah dipercepat dengan perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan pemukiman resmi. Degradasi lingkungan yang meluas semakin mendorong perpindahan kaum nomaden ke oasis dan kota. Ini mengakibatkan kepadatan penduduk dan kemiskinan.

Upah yang tinggi di ladang minyak menarik tenaga kerja, tetapi mengganggu kehidupan tradisional serta lapangan pekerjaan relatif sedikit dan tidak permanen. Dari produk-produk tradisional gurun hanya kurma yang memiliki kepentingan komersial yang besar. Pekerjaan di bidang industri untuk mengurangi pengangguran yang semakin meningkat masih belum menghasilkan banyak kemajuan.

Pada awal abad ke-21, proyek-proyek energi terbarukan, khususnya yang berfokus pada tenaga angin dan surya, terus dikembangkan dan berpotensi menyediakan energi yang cukup untuk memungkinkan negara-negara di kawasan ini memproduksi dan memproses barang-barang secara lokal, sehingga akan menjadi keuntungan bagi perekonomian mereka. Namun, proyek energi terbarukan terhambat oleh faktor-faktor seperti iklim gurun yang keras, kurangnya air untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan, biaya keseluruhan yang terlalu tinggi untuk melakukan hal tersebut dan masalah keamanan.

Pariwisata telah berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-20. Meskipun demikian, kesulitan transportasi dan penyediaan akomodasi telah membatasi pariwisata di pinggiran Sahara.

Secara tradisional, perjalanan di Sahara dilakukan dengan karavan unta dan lambat, sulit, serta berbahaya. Selain bahaya tersesat, panas berlebih, badai pasir yang menyesakkan, dan kematian karena kelaparan ditambah lagi dengan serangan perampok. Meskipun demikian, perdagangan trans-Sahara sepanjang rute karavan yang menghubungkan oasis telah bertahan sejak awal.

Sebagian besar rute utama berada di sebelah barat Pegunungan Tibesti dan cenderung bergeser seiring berjalannya waktu, meskipun rute paling timur digunakan terus menerus melalui berabad-abad. Di sebelah timur Pegunungan Tibesti terdapat sedikit oasis, tetapi darb al-arbain di sebelah barat Sungai Nil, dulunya merupakan jalur budak.

Emas, gading, Budak, dan garam merupakan barang perdagangan utama pada masa-masa sebelumnya. Namun saat ini karavan unta hampir berhenti, kecuali sisa perdagangan garam dari Gunung Ijill, Bilma, dan Taoudenni, Mali.

Jalur utama tetap digunakan oleh truk bermotor yang dilengkapi peralatan khusus dan sering kali melakukan konvoi. Jalan raya modern telah diperluas lebih jauh di sepanjang jalur perdagangan kuno menuju gurun.

Di luar jalur utama, jaringan jalur yang dikenali dapat dilalui kendaraan bermotor dengan hati-hati. Namun di gurun terbuka, kendaraan roda empat sangatlah penting dengan setidaknya dua kendaraan, cadangan yang cukup, dan persediaan darurat berupa bahan bakar, makanan, dan air dalam jumlah besar, terutama di musim panas, ketika peraturan khusus berlaku bagi semua pelancong.

Di wilayah yang luas, peta tidak memadai dan metode navigasi mungkin diperlukan. Untuk melengkapi perjalanan darat, banyak layanan udara internasional melintasi Sahara dengan penerbangan terjadwal, sementara layanan lokal menghubungkan pusat-pusat utama yang dihuni satu sama lain. Pembangunan perkeretaapian masih terbatas.

Catatan klasik menggambarkan Sahara seperti sekarang. Orang Mesir hanya menguasai oasis di dekatnya dan kadang-kadang menguasai wilayah di selatan. Sementara orang Kartago rupanya melanjutkan hubungan komersial dengan interior yang telah terjalin selama Zaman Perunggu.

Herodotus menggambarkan penyeberangan gurun oleh ekspedisi Berber pada abad ke-5 SM dan ketertarikan Romawi terhadap Sahara didokumentasikan dalam serangkaian ekspedisi antara tahun 19 SM dan 86 M. Deskripsi Sahara dalam karya Strabo, Pliny the Elder, dan Ptolemy mencerminkan meningkatnya minat terhadap gurun.

Eksplorasi geografis, yang disponsori oleh Abbasids, Faimids, Mamluk, dan istana lain di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol Moor, tersebar luas selama periode abad pertengahan. Deskripsi Sahara terdapat dalam karya banyak penulis Arab, termasuk al-Yaqubi, ash-Sharif al-Idrisi, dan Ibn Battutah.

Wisatawan abad pertengahan dengan motif keagamaan dan komersial berkontribusi lebih jauh pada pemahaman tentang Sahara dan masyarakatnya. Atlas Catalan karya Abraham Cresque, yang diterbitkan untuk Charles V dari Prancis sekitar 1375, memperbarui minat orang Eropa terhadap gurun. Atlas tersebut berisi informasi berdasarkan pengetahuan para pedagang Yahudi yang aktif di Sahara.

Penerbitannya diikuti oleh periode aktivitas intens Portugis, Venesia, Genoa, dan Florentine di sana. Yang paling terdokumentasi dengan baik ialah perjalanan penjelajah abad ke-15 seperti Alvise Cada Mosto, Diogo Gomes, dan Pedro de Sintra.

Meningkatnya minat terhadap Sahara di Eropa utara tercermin dalam perjalanan dan tulisan ahli geografi Belanda abad ke-17 Olfert Dapper. Penjelajahan Sahara oleh bangsa Eropa berikutnya sebagian besar karena ketertarikan pada jalur air utama di pedalaman Afrika dimulai dengan sungguh-sungguh pada abad ke-19.

Upaya menentukan arah Sungai Niger membawa penjelajah Inggris Joseph Ritchie dan George Francis Lyon ke daerah Fezzan pada 1819. Pada 1822, penjelajah Inggris Dixon Denham, Hugh Clapperton, dan Walter Oudney berhasil melintasi gurun dan menemukan Danau Chad.

Penjelajah Skotlandia Alexander Gordon Laing menyeberangi Sahara dan mencapai kota Timbuktu yang terkenal pada 1826, tetapi dia terbunuh di sana sebelum dia dapat kembali. Penjelajah Prancis Rene Caillie, yang menyamar sebagai orang Arab, kembali dari kunjungannya ke Timbuktu dengan melintasi Sahara dari selatan ke utara pada 1828.

Ekspedisi penting lain dilakukan oleh ahli geografi Jerman Heinrich Barth sepanjang 1849–1855, penjelajah Perancis Henri Duveyrier (1859–1862), dan penjelajah Jerman Gustav Nachtigal (1869–1875), dan Gerhard Rohlfs (1862–1878). Setelah pendudukan militer di Sahara oleh berbagai kekuatan kolonial Eropa, eksplorasi yang lebih rinci dilakukan. Pada akhir abad ke-19 ciri-ciri utama gurun telah diketahui.

Kegiatan politik, komersial, dan ilmiah yang dimulai pada abad ke-20 meningkatkan pengetahuan tentang Sahara secara signifikan, meskipun wilayah gurun yang luas masih terpencil. (Fer/Z-2)

SURABAYA - Gurun Sahara sempat menjadi viral di aplikasi TikTok. Di luar peristiwa viralnya padang pasir tersebut, Gurun Sahara memang menarik untuk dibahas. Tahukah Anda bahwa gurun ini jadi gurun pasir terbesar di dunia?

Saat Anda masuk ke gurun tersebut, kemungkinan Anda bisa tersesat dan hilang. Daratan tersebut tak berpenghuni dan menjadi yang terluas ketiga setelah Antartika dan Arktik.

Kata Sahara berasal dari Bahasa Arab ṣaḥrā yang artinya gurun. Gurun Sahara yang viral di TikTok berlokasi di Afrika Utara. Luas wilayah sekitar 9.200.000 kilometer persegi, sebanding dengan luas daratan Cina dan Amerika Serikat.

Selain itu, melansir Global Adventure Challenges, Senin, 8 Agustus, Sahara juga merupakan gurun terpanas di dunia dengan iklim yang tak menyenangkan. Suhu rata-rata tahunan adalah 30 derajat celcius. Sedangkan suhu terpanas yang pernah tercatat adalah 58 derajat celcius.

Curah hujan di Gurun Sahara cenderung sedikit. Setengah dari wilayah Gurun Sahara menerima kurang dari 1 inci hujan setiap tahun. Banyak yang menganggap suhu di Sahara panas sepanjang hari. Faktanya, suhu turun drastis di malam hari karena kurangnya kelembaban hingga dapat mencapai titik terendah yakni -6 derajat celcius.

Anda tidak hanya akan menemukan pasir di Gurun Sahara. Sebagian besar padang terdiri dari dataran tinggi berbatu yang tandus, serta dataran garam, bukit pasir, gunung, dan lembah kering. Sungai dan aliran yang ditemukan di Sahara semuanya musiman, selain dari Sungai Nil.

Ada lebih dari 20 danau di Sahara, yang sebagian besar adalah danau air asin. Danau Chad adalah satu-satunya danau air tawar di padang pasir.

Puncak tertinggi di Sahara adalah Emi Koussi (3.415m), sebuah gunung berapi yang terletak di Pegunungan Tibesti, Chad. Pegunungan lainnya di daerah ini termasuk Pegunungan Aïr, Sahara Atlas, Adrar des Iforas, Pegunungan Hoggar, Pegunungan Tibesti, dan perbukitan Laut Merah.

Di Gurun Sahara terdapat beberapa bukit pasir yang menjulang tinggi. Di timur-tengah Aljazair terletak Laut Pasir Souane-n-Tifernine, dengan bukit pasir setinggi 450m. Bukit pasir terbesar di Maroko adalah Erg Chigaga dengan beberapa bukit pasir mencapai 300m besar.

Bukit pasir Chigaga sulit dijangkau. Anda hanya bisa menelusurinya dengan menunggang Unta atau berjalan kaki. Bukit pasir ini adalah bagian Sahara yang relatif tidak tersentuh.

Populasi di sekitar gurun Sahara hanya berkisar dua juta penduduk Orang-orang yang tinggal di Sahara sebagian besar adalah pengembara. Yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung musim. Sementara penduduk tetap tinggal secara berkelompok dekat sumber air.

Kekuatan dari persatuan

Berabad-abad yang lalu, orang-orang Mozab beralih dari mazhab Islam Mu'tazila ke mazhab Islam konservatif Ibadi.

Lembah M'Zab sekarang menjadi satu dari tiga komunitas Ibadi yang penting di kawasan Afrika Utara. Dua lainnya adalah Djerba di Tunisia dan Jebel Nafusa di Libya.

"Pengikut mazhab Ibadi dikenal karena solidaritas dan toleransi di antara komunitasnya," ujar pemandu lokal bernama Elghali Laggoun.

"Secara historis, mereka selalu hidup berdampingan dan bekerja sama dengan baik dengan orang lain.

"Di masa lalu, mereka menyerahkan gembala mereka kepada orang Arab di luar tembok kota. Tidak seperti komunitas Arab, orang-orang Mozab tidak terlahir menjadi gembala.

"Begitu pula, mereka akan pergi ke komunitas Yahudi untuk membeli barang tembaga dan perhiasan," kata Laggoun.

"Kelompok orang keturunan Yahudi masih tinggal di lembah ini. Ada pula sebuah gereja Kristen yang berdiri tegak di kawasan ini.

"Untuk bertahan hidup di gurun, Anda butuh kekuatan yang timbul dari persatuan berbagai kelompok. Prinsip itu sangat dipercayai semua orang di M'Zab," ujar Laggoun.

Salah satu penganut mazhab Ibadi yang paling terkenal di kawasan ini adalah pemimpin agama Sheikh Sidi Aissa. Makamnya yang mencolok berada di pemakaman Melika.

Sumber gambar, Simon Urwin

Luas Gurun Sahara dan Kondisi Geografisnya

Mengutip dari Britannica, nama Gurun Sahara berasal dari istilah Arab aḥrā yang berarti “gurun.” Istilah ini di satu sisi juga merujuk pada kata sifat ashar (dalam bahasa Arab) yang memiliki arti “selayaknya gurun.” Kata tersebut memiliki konotasi terhadap warna kemerahan dari suatu dataran tanpa vegetasi.

Luas dari Gurun Sahara ditaksir mencapai 3,3 Juta mil persegi atau 9 juta kilometer persegi. Angka tersebut diperkirakaan setara dengan 1.103.000 kali dari luasnya lapangan sepak bola.

Sebanyak 25 persen dari permukaan Gurun Sahara ditutupi oleh lapisan pasir dan bukit pasir. Beberapa bukit pasir di Gurun Sahara bahkan memiliki tinggi hampir mencapai 500 kaki.

Secara geografis, Gurun Sahara terletak di benua Afrika. Bagian barat Gurun Sahara berbatasan dengan samudera Atlantik, sedangkan bagian timur berbatasan dengan Laut Merah.

Utara Gurun Sahara berbatasan dengan pegunungan Atlas dan laut Mediterania. Perbatasan di bagian selatan adalah sahel, yakni kawasan semi kering yang membentuk zona transisi antara Gurun Sahara dengan sabana lembab.

Livescience mencatat bahwa Sahara merupakan kawasan gurun yang memiliki iklim kering dan tidak ramah. Kawasan ini memiliki curah hujan yang rendah. Pada satu sisi, gurun ini memiliki dua pembagian iklim berdasarkan posisi geografisnya. Bagian utara beriklim subtropis kering dan bagian selatan beriklim tropis kering.

Situasi dengan curah hujan yang sedikit ini menjadikan kawasan Gurun Sahara memiliki ekosistem flora dan fauna endemiknya tersendiri.

Beberapa contoh fauna yang dapat ditemukan di Gurun Sahara di antaranya berbagai jenis mamalia (contoh: unta, hyena tutul, babon, keledai Liar naubia, dan landak gurun), reptil (contoh: kobra, kadal, bunglon dan buaya) dan lebih dari 300 spesies burung (contoh: burung unta, burung hantu, dan ayam mutiara).

Adapun beberapa flora endemik di sekitar Gurun Sahara seperti berbagai spesies zaitun dan kurma.

Meskipun keberadaan air terbilang langka, Gurun Sahara memiliki dua sungai permanen. Kedua sungai tersebut adalah Sungai Nil dan Sungai Niger. Selain itu, juga terdapat sebanyak 20 danau musiman dan akuifer besar yang dapat menjadi sumber air utama untuk lebih dari 90 oasis di seluruh wilayah gurun.

Bangsa terbesar Afrika

Membentang di antara Maroko dan Tunisia serta berbatasan dengan Eropa lewat laut Mediterania, Aljazair adalah negara terbesar Afrika dan yang ke-10 di dunia.

Bentang alam Aljazair luas dan beragam, berupa barisan pegunungan yang menjulang tinggi dan gurun pasir yang terik, hingga reruntuhan kota Romawi kuno.

Negara ini terbentang seluas 2,4 juta kilometer persegi atau setara 10 kali luas Inggris Raya.

Sebagian besar wilayah Aljazair atau sekitar empat perlimanya berada di Gurun Sahara. Ini adalah gurun yang panas serta terbesar di dunia.

Gurun tandus ini terdiri dari gunung berapi, dataran berkerikil, dan lautan pasir yang bergeser.

Salah satu yang bagian terbesar Sahara adalah Grand Erg Occidental (terlihat dalam foto di atas), yaitu hamparan bukit pasir tak berujung yang luasnya dua kali ukuran Belgia.

Sumber gambar, Simon Urwin

Pariwisata berkelanjutan dengan hati nurani

Di Beni-Isguen, kawasan tanpa hotel, restoran atau kedai kopi, fasilitas wisata sederhana bermunculan di perkebunan kurma.

"M'Zab bukanlah sebuah resor. Ini adalah tempat yang nyata, penuh dengan orang-orang yang nyata," kata Salah Daoud, manajer sebuah penginapan.

"Tinggal bersama keluarga menawarkan pengalaman lembah yang otentik dan imersif.

Makanannya buatan sendiri. Seorang perempuan lokal membuat couscous dan kami membeli daging unta dari tukang daging lokal, jadi pengalaman itu juga mencakup komunitas yang lebih luas.

Sekarang ada sekitar 30 rumah yang dijadikan penginapan di M'Zab. Namun tetap ada batasan ketat terkait jumlah turis.

"Ada pemahaman yang jelas di sini tentang perbedaan antara pariwisata massal dan pariwisata berkelanjutan dengan hati nurani," kata Daoud.

"Kami fokus pada yang terakhir. Hal terakhir yang kami inginkan adalah kewalahan dengan bus wisata dan M'Zab berubah menjadi kebun binatang manusia."

Sumber gambar, Simon Urwin

Sebuah peraturan, yang didorong dewan pariwisata, menyatakan bahwa semua pengunjung, termasuk warga Aljazair, hanya boleh memasuki lima kota berbenteng dengan didampingi pemandu lokal.

"Kami melihatnya bukan sebagai pekerjaan, tapi tugas," kata Meghnine. "Kami melakukannya untuk melindungi kota karena kami menghargai cara hidup asli."

Tembakau telah lama dilarang di pusat-pusat sejarah karena alasan agama.

Banyak juga tanda yang menunjukkan perilaku terlarang lainnya, salah satunya mengambil foto narsis, mengenakan pakaian tidak senonoh atau memakai ponsel.

"Kami adalah orang-orang yang sangat ramah dan pengunjung sangat disambut, tetapi kami dengan hormat meminta agar mereka menghormati cara hidup orang-orang Mozab," kata Meghnine.

"Bagaimanapun, ini adalah rumah kami, bukan hanya latar belakang untuk posting Instagram. Kami tidak ingin M'Zab berubah menjadi semacam Sahara Disneyland."

Semua foto dalam artikel ini diambil sesuai pedoman lokal.

Artikel ini pertama kali tayang dalam bahasa Inggris di BBC Travel.

TEMPO.CO, Jakarta - Gurun Sahara salah satu padang pasir terbesar di dunia. Mengutip Britannica, luas Gurun Sahara dari timur ke barat sekitar 4.800 kilometer dan 172.000 kilometer membentang dari utara ke selatan. Gurun Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di bagian barat, Laut Merah di timur, Pegunungan Atlas dan Laut Mediterania di bagian utara, dan wilayah vegetasi, Sahel di sisi selatan.